Anak Berkebutuhan Khusus: Apa itu disleksia, Penyebab, Ciri-ciri disleksia, Tipe-tipe disleksia, Pendampingan anak disleksia, dan Permainan untuk anak disleksia
MAKALAH
Disleksia
Dosen Pembimbing: E Desiana Mayasari, M.A.
Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Disusun Oleh:
1. Rosita Kristina Pertiwi (151134040)
2. Ridho Indra Pratama (151134176)
3. Lia Sri Sumaryati (151134179)
4. Irene Pri Septianing (151134206)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAHDASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang sudah membimbing kami selama proses pengerjaan makalah diseleksia ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari bahwa
proses penyusunan makalah diseleksia ini kurang dari sempurna, maka dari itu
kami mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
Ibu E. Desiana Mayasari, M.A selaku dosen pendidikan anak
berkebutuhan khusus yang sudah membimbing kami selama pengerjaan makalah ini.
2.
Pihak dari SD N GEJAYAN yang sudah bersedia memberikan
informasi mengenai diseleksia.
3.
Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah diseleksia ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah diseleksia ini dapat
berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 28 Mei 2017
BAB I :
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belakangan ini, banyak
anak-anak di Indonesia mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar
tidak hany dialami oleh anak-anak yang berkemampuan rendah saja tetapi juga
dapat dialami oleh anak yang berkemampuan rata-rata dan anak yang berkemampuan
tinggi.
Kesulitan belajar dapat
disebabkan oleh beberapa faktor tertentu yang dapat menghambat prestasi belajar
akademik sehingga nilai-nilai akademik anak dapat menurun. Kesulitan belajar
dapat diamati saat anak berada dalam kelas. Contohnya, anak sering berteriak
dalam kelas, mengusik teman, dan sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang
kurang jelas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan disleksia?
2.
Apa saja
faktor penyebab disleksia?
3.
Apa ciri-ciri
anak yang mengalami disleksia?
4.
Bagaimana
klasifikasi disleksia?
5.
Bagaimana cara
mendampingi anak yang mengalami disleksia?
6.
Permainan apa
saja yang dapat mempermudah anak disleksia untuk mengurangi kesulitan
belajarnya?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
a)
Mengerti
dengan apa yang dimaksud dengan disleksia
b)
Mengetahui
berbagai faktor penyebab tentang disleksia
c)
Mengerti
ciri-ciri anak yang mengalami disleksia
d)
Mengetahui
klasifikasi atau tipe disleksia
e)
Memahami cara
mendampingi anak yang mengalami disleksiaMengetahui permainan yang dapat
membantu anak yang mengalami disleksia
BAB II :
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Disleksia
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani yang
secara harafiah berarti kesulitan (dys) kata-kata (lexis).
Disleksia merupakan salah satu disabilitas, dan tidaklah mengejutkan jika hal itu dianggap sebagai kontrovesional. Karena
secara alami cara seseorang memperoleh
kemampuan aksara sangatlah kompleks. Ada banyak alasan mengapa seseorang mengalami kesulitan membaca,menulis
atau mengeja. Namun tidak semua individu yang
kesulitan mengeja dan menulis tergolong “disleksia”.
Jadi disleksia adalah kondisi ketika ada
perbedaan kerja otak yang membuat individu dengan disleksia
memproses informasi yang diterima dari otak dengan cara yang berbeda. Ini mengakibatkan orang dengan disleksia
mengalami kesulitan memproses informasi.
Perbedaan ini membuat dirinya harus berusaha lebih keras dalam mengerjakan tugas seperti membaca dan menulis.
Maka dengan kata lain, disleksia merupakan gangguan
membaca dan mengeja . Sebaliknya menurut The British Dysleksia Associatons mendefinisikan dideleksia
sebagai ‘gangguan belajar yang spesifik yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan aksara dan bahasa’.
Diseleksia terbukti apabila proses membaca atau
mengaeja secara fasih tidak berkembang dengan sempurna
atau memiliki kesulitan yang sangat besar. Hal ini terfokus pada pembelajaran aksara tingkat ‘kata’ dan
mengartikan bahwa masalah yang dihadapi sangat parah
dan masih tetap berlangsung telah mendapatkan kesempatan belajar yang sesuai.
B.
Penyebab Disleksia
1. Faktor
genetik
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama. Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga.
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama. Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga.
2.
Cedera otak
Cedera otak merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya. Beberapa kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor genetik. Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan ataupun trauma.
Cedera otak merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya. Beberapa kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor genetik. Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan ataupun trauma.
3.
Pemrosesan fonologi
Faktor paling umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan fonologi. Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik.
Faktor paling umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan fonologi. Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik.
C.
Ciri-ciri Disleksia
a. Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti duku
dibaca kudu, d dibaca b, atau p dibaca q.
b. Menulis huruf secara terbalik
c. Mengalami kesulitan dalam menyebutkan kembali informasi
yang diberikan secara lisan
d. Kualitas tulisan buruk, karakter huruf yang ditulis tidak
jelas.
e. memiliki kemampuan menggambar yang kurang baik.
f. sulit mengalami perintah yang diberikan secara lisan
g. Mengalami kesulitan dalam mengenal huruf dan mengucapkan
bunyi huruf.
h. mengalami kesulitan dalam menggabungkan bunyi huruf
menjadi kata yang berarti.
D.
Klasifikasi Disleksia
Klasifikasi
disleksia adalah sebagai berikut :
1. developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir)
2. aquired
dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).
a.
Disleksia visual
Disleksia visual atau disleksia diseidetis, seseorang yang menderita kelainan
ini hanya mencapai 5 %. Gangguan ini
terjadi pada fungsi otak bagian
belakang, gangguan ini dapat menimbulkan pengenalan visual yang tidak optimal, membuat kesalahan dalam
membaca dan mengeja visual dan defisit
dalam memori visual. Contohnya, siswa yang mengalami disleksia tipe ini adalah siswa tidak dapat membedakan
bentuk huruf atau angka yang mirip
misalnya, "b" dan
"d", "p" dan "q",
"5" dan "2", serta "3" dan "E" dan huruf atau angka
yang bentuknya seperti terbalik
misalnya, "m" dan
"w", "n" dan "u", "6" dan "9"
serta dalam contoh kata yang terbalik antara
lain, "ibu" menjadi "ubi", "mata" menjadi
"tama", "bapak" menjadi "dapak",
dan lain sebagainya. Hal ini terlihat jelas dari tulisan-tulisannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
b. Disleksia verbal atau
linguistik
Dalam disleksia tipe ini, sebagian orang yang mengalami
disleksia verbal atau liguistik
akan mengalami keterlambatan dalam berbicara pada tahap atau masa prasekolah, Menurut Legien dan
Bouma (1987), disleksia verbal atau linguistik ini lebih banyak
dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan. Dalam disleksia tipe ini anak mengalami kesulitan dalam mengeja auditoris, kesulitan
dalam menyebutkan atau menemukan kata
dan kalimat. Contohnya, sekolah menjadi "sekolha".
c. Disleksia
auditoris
Dalam tipe
disleksia ini terjadi karena adanya gangguan pada visual dan auditoris
(grafem-fonem), hal ini dapat mengakibatkan anak membaca dengan lambat. Selain
itu, anak dapat menjadi tidak dapat mengungkapkan tulisan apa yang dia lihat
menjadi bunyi bahasa.
E.
Pendampingan Anak Disleksia
Pendampingan mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia
:
1. Meningkatkan motivasi belajar pada anak
Cara
mengatasi kesulitan belajar dengan Meningkatkan motivasi belajar dengan membacakan sebuah
cerita atau dongeng, kemudian memberitahukan segala manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan membaca dan
menulis. Dengan
demikian anak akan termotivasi dan terdorong untuk bisa membaca dan
menulis sendiri.
2. Menggunakan media belajar
Cara
mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia adalah mengunakan media
belajar. Karena anak disleksia cenderung lebih dapat belajar dengan mengunaka media atau benda-benda konkrit untuk
mempermudah pembelajaran dan lebih memahami pembelajaran.
3. Tingkatkan rasa percaya diri anak
Kondisi
anak disleksia yang mengakibatkan kesulitan menulis dan membaca membuat sebagian
anak disleksia mengalami deperesi dan kehilangan rasa percaya
diri karena kesulitan mengikuti pelajaran disekolah dan terkadang juga
dikucilkan oleh teman-temannya. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak disleksia
juga merupakan salah satu cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia.
Dengan mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri anak, anak membuat anak
disleksia memiliki semangat belajar yang lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dialaminya.
4. Selalu damping anak dalam belajar
Cara
mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia berikutnya adalah dengan selalu
mendampingi anak dalam belajar. Dengan selalu melakukan pendampingan dalam
belajar, anak akan lebih mengingat apa yang dipelajarinya. Selain itu
pendampingan belajar secara rutin juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
meningkatkan motivasi anak untuk selalu belajar.
5. Latihan Orientasi
Latihan orientasi meliputi :
1. Latihan
baris-berbaris
2. Untuk
anak yang benar-benar disorientasi mengenai kiri dan kanan, salah satu tangannya diberi tanda
3. Setiap
hari di kelas ditekankan mengenai hari dan tanggal
F.
Permainan Yang Dapat Diberikan Kepada Anak Disleksia
-
Ketuk bangku atau objek lain, lalu mintalah anak
menerka banyaknya ketukan yang dilakukan, serta mintalah anak mengulangi pola
ketukan tersebut. Hal ini berguna untuk
memori auditori
-
Bermain puzzle. Hal ini berguna untuk visual closure
BAB III :
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Diseleksia adalah kondisi
ketika ada perbedaan kerja otak yang membuat individu dengan disleksia memproses
informasi yang diterima dari otak dengan cara yang berbeda. Disleksia
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Faktor genetik, cedera otak, pemrosesan
fonologi. Ciri disleksia antara lain, membaca secara terbalik tulisan yang
dibaca, seperti duku dibaca kudu, d dibaca b, atau p dibaca q, menulis huruf
secara terbalik, mengalami kesulitan dalam menyebutkan kembali informasi yang
diberikan secara lisan, kualitas tulisan buruk, karakter huruf yang ditulis
tidak jelas.. Sulit mengikuti perintah yang diberikan secara lisan, mengalami
kesulitan dalam mengenal huruf dan mengucapkan bunyi huruf, mengalami kesulitan
dalam menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang berarti. Klasifikasi
disleksia yaitu, developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia
(didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca) meliputi,
disleksia visual, disleksia verbal atau linguistik, disleksia auditoris.
Pendampingan anak disleksia dapat berupa meningkatkan motivasi belajar pada
anak, menggunakan media belajar, tingkatkan rasa percaya diri anak, selalu
damping anak dalam belajar, dan latihan orientasi seperti, latihan
baris-berbaris untuk anak yang benar-benar disorientasi mengenai kiri dan
kanan, salah satu tangannya diberi tanda, dan setiap hari di kelas ditekankan
mengenai hari dan tanggal. Permainan yang mempermudah anak disleksia dalam
belajar yaitu puzzel (huruf, gambar, kata, dan warna) dan ketuk bangku atau
objek lain.
DAFTAR REFERENSI
Thompson, Jenny.(2014). Memahami
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Penerbit Esensi
http://repository.upy.ac.id/401/1/artikel%20anggun.pdf

Komentar
Posting Komentar